Rabu, 05 Februari 2014

HUBUNGAN ANTARA MUSLIM DENGAN SAINS

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
“ HUBUNGAN ANTARA MUSLIM DENGAN SAINS”









KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah Dasar-Dasar Pendidikan Mipa., yang berjudul “Hubungan Antara Muslim Dengan Sains”  sebagai  salah satutugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Mipa..
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Drs. Purwiro Harjati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Mipa
2.      Teman-teman  yang telah memberikan dukungan sehingga terselesainya makalah ini
3.      Semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang  bersifat  membangun  demi  kesempurnaan  makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Metro,  08 Mei 2012


Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENGERTIAN MUSLIM
PENGERTIAN SAINS
HUBUNGAN ANTARA MUSLIM DENGAN SAINS
TUJUAN MEMPELAJARI SAINS
DALIL-DALIL YANG BERKAITAN ANTARA HUBUNGAN MUSLIM DENGAN SAINS




Pendahuluan
Sains wujud daripada perasaan ingin tahu manusia terhadap alam sekelilingnya dan merupakan salah satu cabang utama ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keimanan. Sungguh Islam telah memberikan garis kasar terhadap kaedah dan jawaban kepada banyak persoalan sains, namun ianya masih memerlukan pengkajian yang mendalam untuk membuktikan kebenarannya. Atas sebab inilah maka Islam sangat menuntut umatnya mencari, mengembang dan menguasai ilmu pengetahuan.
A. PENGERTIAN MUSLIM
Muslim ialah penganut agama islam (orang yang beragama islam). Seorang muslim artinya orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia ber­kualitas.
B. PENGERTIAN SAINS
Sains berasal dari perkataan Science Yang berasal daripada perkatan Latin scio, scire yang juga bermaksud PENGETAHUAN. Dalam bahasa Arab Ilmu berasal dari kata  ‘ALAMA yang berarti PENGETAHUAN.
PENGERTIAN SAINS MENURUT BEBERAPA AHLI
      Karl Pearson (1857-1936)
            Sains ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang pengalaman dengan istilah yang sederhana sesedikit mungkin
      Herbert L Searles
            Sains pengetahuan yang tepat, disahkan secara paling cermat dan  paling umum yang diperoleh oleh manusia
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, dan bukan hanya kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Medawar (1984) Sains(dari istilah Inggris Science) berasal dari kata: sienz, cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc, sciens, scians.

Kata dasar yang diambil dari kata scientia yang berarti knowledge (ilmu). Tetapi, tidak semua ilmu itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah: ilmu yang dapat diuji (hasil dari pengamatan yang sesungguhnya) kebenarannya yang dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai, melalui eksperimen secara teori.


C. HUBUNGAN MUSLIM DENGAN SAINS
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Manusia yang cerdas akan mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola muka bumi ini. Namun, tidak selamanya pengetahuan yang diperoleh manusia ini bermanfaat, ada juga pengetahuan yang ternyata menimbulkan suatu permasalahan ataupun mudarat.
Kekayaan terbesar dalam islam adalah pengetahuan dan hikmah maka doa yang dimintakan Allah agar kita mohonkan kepada-Nya ialah untuk menambah pengetahuan. Oleh karena itu, dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib sehingga dapat menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang lain. Di dalam hidup agar dapat membuat keputusan yang benar juga harus diiringi dengan pengetahuan sehingga terwujud kehidupan yang baik. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai untuk pemanfaatan yang benar dan sebagai pengelola bumi yang baik harus tak henti-hentinya belajar, karena ilmu pengetahuan itu berubah. Ada yang ternyata salah dan harus di buang dan ada pula yang harus ditambahkan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.  Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya (survival).  Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia mengembangkan kebudayaan, manusia member makna pada kehidupan, dengan kata lain semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu yang disebut penalaran. Kedua hal inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya.
Umat Islam perlulah menjadikan dirinya sebagai seorang Muslim yang berilmu dan bertaqwa karena Ilmu tanpa agama adalah buta, sedangkan agama tanpa sokongan sains dan teknologi akan mudah pincang dan meletakkan umatnya dalam keadaan serba lemah dan kekurangan.
Di dalam Islam menuntut ilmu hukumnya wajib, sehingga dapat menyebarluaskan ilmu tersebut kepada orang lain.
Ilmu pengetahuan, menurut Al-Qur’an, dapat diperoleh melalui berbagai macam cara. Diantaranya melalui indra, seperti sama’ (pendengaran) yang biasanya bersifat verbal, dan bashar (penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat observasional-eksperimental.
Semangat Al-Qur’an dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-sunguh pada pencarian ilmu harus terus disosialisikan hal ini karena dunia masa kini, apalagi masa depan, adalah dunia yang dikuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Siapa yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Jika dikatakan ilmu pengetahuan merupakan infrastruktur, keduanya akan menentukan suprastruktur dunia internasional, termasuk kebudayaan, moral, hukum dan juga perilaku keagamaan. Jika umat Islam ingin kembali memainkan perannya sebagai khairu ummah (umat terbaik, Q.S Ali ‘Imran [3]: 110) dan ummatan wasathan (umat pilihan, Q.S al-Baqarah [2]: 143) menjadi saksi atas kebenaran ajaran-Nya, pengetahuan kealaman (natural sciences) dan sosial(social sciences) harus diikat, dilandasi, dan diarahkan sejalan dengan nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Syaratnya, umat Islam harus menguasai keduanya.

D. Tujuan Mempelajari Sains
Perlu diingat bahwa tujuan utama dari kepemilikan ilmu pengetahuan tidak semata-mata untuk mencerdaskan akal pikiran, mempunyai kemampuan berdebat dan berdiskusi, tetapi untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt., sebagaimana firmanya:

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S Ali ‘Imran [3]: 190-191)

Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru. Di samping itu, tujuan mencari ilmu adalah untuk meningkatkan amal ibadah yang kita tujukan dalam mencari ridha-Nya, sekaligus untuk meningkatkan kualitas amal saleh bagi kepentingan hidup kemanusiaan.





E. Dalil- Dalil Yang Berkaitan Antara Hubungan Muslim Dengan Sains
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa menurut Al-Qur’an, manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk menguasai ilmu pengetahuan. Allah lah yang mengajari manusia semua hal yang sebelumnya tidak diketahuinya:

يَعْلَمْ لَمْ مَا لْإِنسَانَ ا عَلَّمَ
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-‘Alaq [96]: 5)
Kemanusiaan manusia (insatiyyatul-insaniyah) diukur antara lain oleh interaksinya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, berkali-kali dikemukakan dalam Al-Qur’an yang menghasilkan ilmu (afala yandzuruna, afala ta’qiluna,dan sebagainya). Manusia diangkat sebagai khalifah-Nya dibedakan dari makhluk yang lain karena ilmu pengetahuan:
Dan dia maengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian menegmukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”(Q.S Al-Baqarah [2]: 31)

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadilah [58]: 11)
F. Perumpamaan Bagi Orang Yang tidak Mempergunakan Ilmunya
“ Perumpamaaan orang-orang yang diberi tugas membawa taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang zalim” { Q.S Al-Jumu’ah (62) : 5}
G. Seruan Untuk Mendalami Teknologi (Sains)
(QS. AL-MULK; 3-4)
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
“Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”
            (QS. Al-Mulk; 3-4)


KESIMPULAN
Seorang muslim perlulah menjadikan dirinya seorang Muslim yang berilmu dan bertaqwa. Gabungan ilmu, iman dan taqwa serta akhlak yang mulia adalah faktor yang utama untuk memungkinkan Islam kembali diterima sebagai agama yang universal dan progresif.



DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar