MAKALAH
HUBUNGAN ANTARA AL-QUR’AN
DENGAN SAINS
Kata Pengantar
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah ini dengan sebaik mungkin.
Makalah ini merupakan salah satu bagian tugas dasar-dasar prndidikan mipa
Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada :
·
Drs. Purwiro H,
M.Pd sebagai pengampu mata kuliah
·
Kakak tingkat
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini
·
Orang tua dan
rekan-rekan yang tak henti-hentinya memberikan motivasi sehingga makalah init
adapt terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah
ini disusun berdasarkan materi dari
internet, Artikel ini memuat tentang hubungan Al Qur`an terhadap ilmu-ilmmu
Sains. Secara khusus penyusunan makalah ini telah melewati observasi dan dapat
digunakan oleh setiap mahasiswa dari
berbagai kelompok.
Metro, April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Sampul.................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................... iii
1.1.
Latar Belakang ..............................................................................................
1.2.
Tujuan............................................................................................................
1.3.
Rumusan Masalah..........................................................................................
BAB 2 Pembahasan ..............................................................................................................
2.1 Sejarah jamaluddin al Afghani dan pokok
pikirannya....................................
2.2. Sejarah Muhammad Abduh dan pokok
pikirannya........................................
BAB 3 Penutup ....................................................................................................................
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui
sebelumnya, bahwa benda-benda di jagad raya ini, pada mulanya satu, lalu
tercerai-beraikan setelah terjadinya ledakan besar yang mengakibatkan
keterpisahan antara satu benda dengan benda lainnya. Sehingga membentuk
gugusan benda-benda langit yang terdiri dari galaksi, bintang, planet, satelit
dan lain sebagainya. Namun tentunya keseluruhan benda langit ini tidak mungkin
akan terus ada tanpa ada batasnya. Bahkan secara pasti, dapat ditegaskan bahwa
seluruh apa yang ada di alam semesta ini akan berakhir.
Para ilmuwan telah banyak melakukan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui akhir alam raya ini. Dalam
melakukan penelitian tersebut, mereka menggunakan hitungan energi yang
mendorong alam raya ini agar secara terus-menerus mengalami penambahan.
Sebagaimana dulu, benda-benda yang ada
di alam raya ini terbentuk setelah terjadinya ledakan besar, maka benda-benda
ini juga akan hancur setelah terjadinya ledakan besar yang diakibatkan kekuatan
energi yang melampaui batas kemampuannya.
Al-Qur'an telah menggambarkan akhir alam semesta ini yang menyerupai awal pembentukannya, sebagaimana yang terdapat pada surah Al-Anbiya ayat 104.
Al-Qur'an telah menggambarkan akhir alam semesta ini yang menyerupai awal pembentukannya, sebagaimana yang terdapat pada surah Al-Anbiya ayat 104.
Al-Qur'an di bagian lain ayatnya,
mengungkapkan penciptaan kembali alam semesta setalah ia melewati batas energi
yang ditentukan. Allah SWT dalam surah Ibrahim ayat 48.
Al
Qur’an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi
keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah
kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20
ternyata telah dinyatakan Al Qur’an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur’an
tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya
terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar
yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum
dapat diketahui di masa Al Qur’an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa
Al Qur’an adalah firman Allah
Alam ini ada untuk
menghadirkan Allah, Pencipta segala sesuatu. Semakin disadarinya kenyataan ini
oleh orang beriman, mereka akan semakin mengenali Allah dan bersungguh-sungguh
mematuhi semua perintah-Nya. Ketika seseorang memahami kehidupan dengan
seluk-beluknya, yang merupakan “tanda” yang dijelaskan dalam Al-Qur`an, orang
tersebut akan menghubungkan segala sesuatu dalam “kehidupan sehari-harinya”
dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Allah SWT
1.2 Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan hubungan Al Qur`an terhadap sains.
1.3 Rumusan Masalah
Hubungan
Al Qur`an terhadap Sains.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 HUBUNGAN
ANTARA AL-QUR’AN DENGAN SAINS
A. Pengertian
Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt, Tuhan alam semesta, kepada Rasul
dan NabiNya yang terakhir, Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir jaman. Al-Qur’an berarti
bacaan, nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqaan (Pembeda), Adz
Dzikir (Pengingat) dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah Al-Qur’an.
Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur’an bagaikan miniatur alam raya yang memuat
segala disiplin ilmu, Al-Qur’an merupakan karya Allah Swt yang Agung dan Bacaan
mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan
menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih
(sophisticated). Kata pertama dalam wahyu pertama (The First Revelation) bahkan
menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra’. Adalah
merupakan hal yang sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang
bertahun-tahun melaksanakan penelitian di laboratorium mereka, menemukan
keserasian ilmu pengetahuan hasil penyelidikan mereka dengan pernyataan
-pernyataan Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya.
Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur’an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya. Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur’an.
Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler. Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah. Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu ‘shalat-shalat massal’ dan ibadah haji. Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur’an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur’an bahkan sanggup menghafal Al -Qur’an keseluruhan. Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48).
Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur’an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya. Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur’an.
Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler. Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah. Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu ‘shalat-shalat massal’ dan ibadah haji. Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur’an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur’an bahkan sanggup menghafal Al -Qur’an keseluruhan. Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48).
B.
Pengertian Ilmu
Ilmu menurut KBBI adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala tertantu. Sedangkan jika ditinjau dari bahasa asing
ilmu yang disebut sebagai science mempunyai arti the study of the structure and
behavior of the physical and natural world and society, especially throught observation
and experiment. Yang jika diterjemahkan menjadi studi tentang struktur dan
perilaku dari dunia fisik dan alam dan masyarakat khususnya melalui pengamatan
dan percobaan.
Bila
seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu,
yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman sendiri, maka oleh banyak
orang dianggap yang bersangkutan tahu atau berpengetahuan. Begitu juga bila
seseorang memiliki ketrampilan atau ketangkasan (aptitude) yang diperolehnya
melalui latihan dan praktek, maka kemampuan tersebut disebut kebiasaan atau
keahlian. Namun keahlian atau kebiasaan ini, sekalipun karena keterbiasaan
melakukan sesuatu, juga karena yang bersangkutan sebelumnya tahu itu adalah
tahu mengerjakan (know to do), tahu bagaimana (know how) dan tahu mengapa (know
why) sesuatu itu. Jadi sekalipun menurut Peter Drucker (The Effective
Executive), kebiasaan yang berurat berakar yang tanpa dipikirkan (in thinking habit)
telah menjadi kondisi tak sadar (reflex condition), tetap sebelumnya harus
merupakan pengetahuan yang dipelajari dan dibiasakan. Tetapi E.J. Gladden dalam
bukunya “The Essentials of Public Administration” menganggap ilmu sama dengan
ketrampilan, hanya ketrampilan diperoleh melalui latihan dan belajar. Ilmu
adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya, setiap pengetahuan belum tentu
ilmu. Untuk itu ada syarat-syarat yang membedakan ilmu (Science) dengan
pengetahuan (knowledge), yaitu sbb: Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo,
Administrasi dan Management Umum 1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya,
metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas. Menurut Prof. Dr. Hadari
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985, Ilmu juga harus memiliki obyek,
metode, sistimatika dan mesti bersifat universal. Menurut Prof. Dr. Sondang
Siagian, Filsafat Administrasi 1985 : Ilmu pengetahuan dapat didefenisikan
sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus yang
melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji
kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan
dan dipelajari. Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserach 1 1969 :
Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman
-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang
dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Dari pendapat2
diatas terlihat bahwa ilmu pengetahuan itu kongkrit sehingga dapat diamati,
dipelajari dan diajarkan secara teratur, teruji, bersifat khas atau khusus,
dalam arti mempunyai metodologi, obyek, sistimatika dan teori sendiri. Dalam
Al-Qur’an ada lebih dari 854 ayat-ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak
mempergunakan akal(afala ta’kilun), yang menyuruh manusia bertafakur/memikirkan
(tafakurun) terhadap Al-Qur’an dan alam semesta serta menyuruh manusia mencari
ilmu pengetahuan. Jadi kata yang identik dengan akal dalam Al-Qur’an tersebut
49 kali seperti kala Yatadabbarun dan Yatazakkarun, kata yang menganjurkan
manusia menjadi ahli pikir, para sarjana, para ilmuwan dan para intelektual
Islam (ulul albab) dalam Al -Qur’an disebut 16 kali, sehingga jumlah
keseluruhan diatas adalah lebih kurang 854 kali. Beberapa diantaranya adalah
sbb : “…Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui” (QS. 16:43) “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah
Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar
pengetahuan Kami..” (QS. 7:52) “Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. 58:11)
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (QS.
16:44) “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang -bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami (memikirkannya).” (QS. 16:12) “…Dan orang-orang yang mendalam
ilmunya berkata:”Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu
dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. 3:7) “Yang mendengarkan perkataan
lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai
akal.”
(QS. 39:18) “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. 2:197) “…Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (QS. 59:21)
(QS. 39:18) “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. 2:197) “…Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (QS. 59:21)
2.2 Ketetapan Alqur’an
terhadap Alam Semesta
Alam berarti Dunia fisik, artinya manusia berhubungan dengan alam
melalui indera.
Dalam alqur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjuk kepada fenomena alam. Hampir seluruh ayat ini memerintahkan manusia untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan alam dan merenungkan isinya. Dalam Alqur’an, fenomena alam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. Dan setidak ada dua pandangan terhadap alam semesta, yaitu:
Dalam alqur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjuk kepada fenomena alam. Hampir seluruh ayat ini memerintahkan manusia untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan alam dan merenungkan isinya. Dalam Alqur’an, fenomena alam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. Dan setidak ada dua pandangan terhadap alam semesta, yaitu:
a. Pandangan Klasik
Abu Raihan Al-Bairuni, Ilmuan Muslim yang hidup pada abad ke X dia
mengatakan bahwa Fenomena grafitasi dibumi sama dengan yang ada dilangit. Pada
dasarnya pandangan ini menyatakan bahwa langit yang begitu luas dengan bintang
yang katanya menempel padanya dinyatakan berputar mengelilingi bumi sebagai
pusat.
b. Pandangan Modern
Alam semesta yang dalam Alqur’an disebut langit dan bumi serta semua
yang ada didalamnya sebagai lingkungan hidup manusia sebenarnya mempunyai
susunan lapis “ samawaat” atau kosmofera adalah lingkungan terluar yang
melindungi bumi al-ardh atau geofera.
c. Pandangan Alqur’an
Konsep fisika tentang penciptaan alam semesta dalam Alqur’an dapat
dilihat pada ayat 30 surat Al anbiya; yang artinya:
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
keduanya dahulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara keduanya; dan kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak
beriman?
Tanpa pretense bahwa ayat tersebut sebagai justifikasi terhadap penemuan para ilmuan fisika tentang alam semesta, Alqur’an telah diturunkan 14 abad yang lalu dan ternyata para ilmuan baru menemukan kebenaran konsepnya pada abad ini. Hal ini bukan berarti Alqur’an hanya dapat dipahami oleh orang-orang pada waktu tertentu saja, melainkan keterbatasan kemampuan manusia untuk menafsirkan ayat-ayat Allah swt yang membedakan pandangan terhadap alam ini.
Tanpa pretense bahwa ayat tersebut sebagai justifikasi terhadap penemuan para ilmuan fisika tentang alam semesta, Alqur’an telah diturunkan 14 abad yang lalu dan ternyata para ilmuan baru menemukan kebenaran konsepnya pada abad ini. Hal ini bukan berarti Alqur’an hanya dapat dipahami oleh orang-orang pada waktu tertentu saja, melainkan keterbatasan kemampuan manusia untuk menafsirkan ayat-ayat Allah swt yang membedakan pandangan terhadap alam ini.
2.3 Ketetapan Alqur’an
tentang Geologi, Bumi dan Gunung
1.
Geologi
Abdullah M. al-Rehaili berkata : Profesor Palmer, salah satu ahli geologi terkemuka
di Amerika Serikat. Dia mengepalai sebuah panitia yang mengatur ulang tahun
perkumpulan atau Perhimpunan Ahli Geologi Amerika. Ketika kami bertemu
dengannya, kami menunjukkan keajaiban ilmiah beberapa ayat al-Quran dan Hadis
Nabi, di mana dia sangat heran dan kaget. Saya ingat sebuah anekdot yang
menyenangkan. Ketika menunjukkannya bahwa al-Quran menyebutkan bagian terdekat
dan dinyatakan di dekat Yerusalem, di mana peperangan yang terjadi di antara
Persia dan Romawi. Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia berfman:
“Alif Laam Miim, telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat
dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. ” (QS ar Ruum: 1-3)
Kata “adna” bisa berarti yang terdekat atau terendah. Penafsir
al-Quran, yang kemungkinan Allah senang dengan mereka yang disebutkan “adnal
ardhi”‘ yang berarti daerah terdekat dengan Jazirah Arab. Akan tetapi arti
kedua itu juga menyebutkan di sana. Dengan cara inilah al-Quran memberikan satu
kata yang memiliki banyak arti, sebagaimana yang digambarkan Nabi Muhammad SAW
dalam sabdanya:
“Saya telah diberi banyak kata yang meliputi banyak hal. ” (HR
Bukhari-Muslim)
Profesor Palmer dengan cepat mengakui bahwa informasi kami memang
tepat. Dia meneruskan pembicaraan bahwa negeri ini memang yang terdekat dengan
bumi. Profesor Palmer berkata: “Hal ini terjadi di daerah Laut Mati yang ada di
atasnya sini dan cukup menarik dengan diberi nama di atas globe: “Negeri yang
terdekat di dunia. ” Sehingga hal ini didukung oleh tafsiran kata-kata yang
kritis. “
Profesor Palmer lebih heran lagi ketika menemukan al-Quran berbicara
tentang zaman dulu dan menggambarkan bagaimana awal mula penciptaan, bagaimana
bumi dan langit diciptakan, bagaimana air memancar terus dari tempat terdalam
di bumi, bagaimana gunung ditegakkan di atas daratan, bagaimana tumbuh-tumbuhan
dimulai, bagaimana bumi sekarang, menggambarkan gunung-gunung fenomena alam,
serta perubahan yang ada di permukaan bumi sebagai saksi di Jazirah Arab. Hal
ini bahkan digambarkan masa depan daratan Arab dan masa depan daratan seluruh
bumi ini. Dengan hal ini, Profesor Palmer mengakui bahwa al-Quran adalah kitab
yang menakjubkan yang menggambarkan masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Seperti ilmuwan lain, Profesor Palmer pada mulanya ragu-ragu, tetapi
tidak lama kemudian dia datang dengan pendapatnya. Di Kaim, dia
mempresentasikan hasil penelitiannya yang berhubungan dengan aspek yang tidak
dapat ditiru dari ilmu pengetahuan tentang geologi yang terdapat di dalam
al-Quran. Dia mengatakan bahwa dia tidak mengetahui bahwa seni pernyataan dalam
bidang keilmuan selama zaman Nabi Muhammad SAW. Namun, dari apa yang kita
ketahui tentang pengetahuan dan peralatan yang hanya sedikit pada saat itu,
niscaya kita dapat menyimpulkan bahwa al¬Quran adalah cahaya yang hebat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW Di sini Profesor Palmer menyimpulkan dengan
kata-katanya sebagai berikut:
“Kami membutuhkan penelitian sejarah sebelum pertengahan timur tradisi lisan untuk mengetahui apakah kenyataan itu berhubungan dengan peristiwa sejarah yang telah dilaporkan. Jika tidak ada catatan, hal ini diperkuat dengan kepercayaan bahwa Allah menurunkannya melalui Nabi Muhammad SAW dengan sedikit pengetahuannya dan kita hanya menemukan untuk diri kita pada akhir-akhir ini. Kita melihat kelanjutan dialog dengan topik ilmu pengetahuan menurut al-Quran dalam konteks geologi. Terima kasih banyak. “
Sebagaimana Anda lihat, inilah salah satu tokoh besar dalam bidang geologi di dunia sekarang ini, yang datang dari Amerika Serikat, dia masih mernbutuhkan seseorang untuk menunjukkan kebenaran kepadanya. Orang Barat dan orang Timur yang tinggal di tengah¬tengah peperangan antara agama dan ilmu pengeta¬huan. Akan tetapi, peperangan ini tidak dapat dielakkan sebab semua pesan itu sebelumnya telah berubah. Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan Islam yang menawarkan kebenaran yang telah dirusak.
“Kami membutuhkan penelitian sejarah sebelum pertengahan timur tradisi lisan untuk mengetahui apakah kenyataan itu berhubungan dengan peristiwa sejarah yang telah dilaporkan. Jika tidak ada catatan, hal ini diperkuat dengan kepercayaan bahwa Allah menurunkannya melalui Nabi Muhammad SAW dengan sedikit pengetahuannya dan kita hanya menemukan untuk diri kita pada akhir-akhir ini. Kita melihat kelanjutan dialog dengan topik ilmu pengetahuan menurut al-Quran dalam konteks geologi. Terima kasih banyak. “
Sebagaimana Anda lihat, inilah salah satu tokoh besar dalam bidang geologi di dunia sekarang ini, yang datang dari Amerika Serikat, dia masih mernbutuhkan seseorang untuk menunjukkan kebenaran kepadanya. Orang Barat dan orang Timur yang tinggal di tengah¬tengah peperangan antara agama dan ilmu pengeta¬huan. Akan tetapi, peperangan ini tidak dapat dielakkan sebab semua pesan itu sebelumnya telah berubah. Oleh karena itu, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW dengan Islam yang menawarkan kebenaran yang telah dirusak.
Seseorang mungkin bertanya: Bagaimana orang¬orang ini menerima apa yang
kita katakan kepada me¬reka ketika kita secara jasmaniah orang-orang bawahan
dan kita tidak mengikuti agama kita dengan taat? Jawaban saya untuk mereka
adalah pengetahuan yang menambah keinsafan dari seseorang yang memperolehnya.
Pengetahuan orang-orang itu peduli hanya untuk melihat kenyataan, tidak hanya
pada gambar. Kekayaan Islam sekarang ini tepat dengan ilmu pengetahuan ini dan
kemajuan ilmiah. Ilmu pengetahuan modern dapat tetap menundukkan kepalanya
dalam penghormatan kepada kitab Allah dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Sifat dasar dari masa purba, al-Fitrah, yang mana Allah menciptakan manusia, tidak mencapai ketenangan kecuali dengan cara Islam. Orang itulah yang tidak memiliki iman yang terus-menerus yang dipenuhi rasa gelisah dan bingung. Terlebih lagi suasana kebebasan di Barat membantu ilmuwan Barat untuk mengekspresikan apa yang mereka percayai tanpa takut maupun malu. Kami mendengar mereka dalam beberapa tahap pengakuan dan penegasan keajaiban saat ini, al-Quran yang mengingatkan kehidupan sampai akhir zaman.
Sifat dasar dari masa purba, al-Fitrah, yang mana Allah menciptakan manusia, tidak mencapai ketenangan kecuali dengan cara Islam. Orang itulah yang tidak memiliki iman yang terus-menerus yang dipenuhi rasa gelisah dan bingung. Terlebih lagi suasana kebebasan di Barat membantu ilmuwan Barat untuk mengekspresikan apa yang mereka percayai tanpa takut maupun malu. Kami mendengar mereka dalam beberapa tahap pengakuan dan penegasan keajaiban saat ini, al-Quran yang mengingatkan kehidupan sampai akhir zaman.
2.
Bumi
Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan
mengenai penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah
tersebar diseluruh Qur’an. Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah.
Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Allah dengan memakai contoh-contoh.
Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern.
Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi.
Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur’an itu adalah dasar Ilmu sepanjang zaman.
Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Allah dengan memakai contoh-contoh.
Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern.
Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi.
Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur’an itu adalah dasar Ilmu sepanjang zaman.
Sebagaimana firman Allah swt
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:
22)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan. (QSAl-Baqarah: 164)
“Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung
dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang
-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.S.
Ar-Ra’d : 3)
“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah
menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air
hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah
binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS. Taha: 53-54)
Disini terdapat isyarat kepada stabilitas umum dari pada muka bumi.
Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada periode-periode permulaan dari pada
bumi, maka bumi sebelum dingin tidak stabil.
Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar.
(Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini).
Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar.
(Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini).
3.
Gunung
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari
gunung.
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (Q.S Al-Anbiya’: 31)
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (Q.S Al-Anbiya’: 31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa
gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini
tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya,
hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Frman Allah SWT
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Frman Allah SWT
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung
sebagai pasak?” (Q.S.An-Naba: 6-7)
Maksudnya adalah dia menjadikan pada bumi pasak-pasak untuk
menstabilkan dan mengokohkannya serta memantapkannya sehingga bumi menjadi
tenang dan tidak mengguncangkan orang-orang dan makhluk yang ada diatasnya.
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa :
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa :
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu ,
diantara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS.
Ar-Rahman: 19-20)
Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.
Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan?Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur’an ini…
Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.
Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan?Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur’an ini…
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QSAl-Mulk:15)
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata
airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu.” (QS. An-Nazi’at: 30-33)
Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur’an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur’an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini.
Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur’an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur’an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini.
2.4 Ketetapan Al-Qur’an
Tentang Hujan
Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa
hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat
Az Zukhruf sebagai berikut; “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang
diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah
kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Al Qur’an, Az-Zukhruf: 11)
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui
penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air
menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka
ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal
ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut
“ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini.
Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini,
mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.Bahkan satu
penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan
ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal
ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah
yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP KE-1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
TAHAP KE-2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal…” Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling
butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam
hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu
bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan
awan-awan.
TAHAP KE-3: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat ilmu pengetahuan dalam Alqur’an adalah rangkaian aktivitas manusia dengan prosedur ilmiah baik melalui pengamatan, penalaran maupun intuisi sehingga menghasilkan pengetahuan yang sistematis mengenai alam seisinya serta mengandung nilai-nilai logika, estetika, hikmah, rahmah dan petunjuk bagi kehidupan manusia baik didunia maupun dikemudian hari. Alqur’an banyak mengandung nilai-nilai empirik serta isyarat yang diberikan kepada manusia untuk mempelajari, memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan baik melalui ayat-ayat yang tertulis yaitu Alqur’an maupun ayat-ayat yang terbentang luas di alam semesta beserta isinya.
Dan
sudah saatnya para ilmuan menyadari sepenuhnya bahwa betapapun hebatnya manusia
sehingga dapat menguasai alam ini, pada hakekatnya tetap adalah makhluk yang
lemah yang penuh dengan keterbatasan, untuk itu dengan kemajuan yang diperoleh
hendaknya tidak untuk menyombongkan diri serta menjauhi sang maha pencipta
seluruh alam.
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml: 93).
Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Naml: 93).
Al
Quran ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka
mengetahui bahwasanya Dia adalah AIlah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang
berakal mengambil pelajaran.” Dalam banyak ayat lain, Allah menegaskan bahwa
salah satu tujuan utama diturunkannya Al Quran adalah untuk mengajak manusia
bertafakur.
Al Quran memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Jika seorang beriman mulai berpikir sesuai dengan cara-cara yang diajarkan dalam Al Quran, ia pun segera menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah tanda karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa “alam semesta adalah karya seni, dan bukan pencipta karya seni itu sendiri.” Setiap karya seni memperlihatkan keahlian pembuatnya yang khas dan unik, serta menyampaikan pesan-pesannya.
Al Quran memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Jika seorang beriman mulai berpikir sesuai dengan cara-cara yang diajarkan dalam Al Quran, ia pun segera menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah tanda karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa “alam semesta adalah karya seni, dan bukan pencipta karya seni itu sendiri.” Setiap karya seni memperlihatkan keahlian pembuatnya yang khas dan unik, serta menyampaikan pesan-pesannya.
Dalam
Al Quran, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang
dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta
sifat-sifat-Nya. Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu
di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan
sifat-sifat Allah. Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat
tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan demikian, orang tersebut akan mengenal Sang
Pencipta yang menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih
dekat kepada-Nya, menemukan makna keberadaan dan hidupnya, dan menjadi orang
yang beruntung dunia dan akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar